04 Mei 2008

Muhasabah Pendahuluan Taubat

Kamu hanyalah mahluk yang apabila Alloh kehendaki untuk celaka, pasti tak akan sanggup kamu menolak-Nya. Kamu melakukan maksiat kepada-Nya, maka bukankah kamu pantas untuk dimurkai oleh-Nya?. Apabila ada orang yang menyukai segala apa yang Alloh benci, bukankah layak kalau Alloh membencinya?. Maksiatmu adalah kebencian-Nya, maka kamu pasti dibenci-Nya pula. Dan jika dengan ancaman-Nya kamu tidak takut, kamu akan berhadapan dengan azab-Nya sehingga kamu termasuk orang-orang yang merugi oleh sebab apa yang kamu perbuat. Ketidaksanggupanmu untuk menyesal atas sekalian maksiat yang kamu lakukan menandakan matinya hatimu. Maka bagaimana hati yang mati akan beroleh keselamatan dari perbuatan maksiat?.

Kamu yang hatinya pekat oleh sebab maksiat akan berhadapan dengan kejauhan dari Alloh dan murka-Nya. Jika kamu dijauhi-Nya, kamu akan lupa kepada-Nya dan kamu akan menyukai segala apa yang Alloh benci dengan lapang hati. Maka semakin sekaratlah ruhanimu dan busuklah hatimu. Kamu akan lebih hina dari pada hewan ternak.

Kamu yang lebih suka dimuliakan dan merasa terhina bila orang tak sengaja menghinakanmu, lebih layak untuk disebut sebagai bangkai. Hai kamu bangkai, siapa yang bisa menghalangi Alloh untuk melihat ketakutanmu bila orang-orang menghinakanmu atas segala kehinaan yang kamu miliki. Kalau Alloh mau, niscaya akan terbongkar kebusukanmu sehingga orang-orang menghinakanmu. Kamu berharap agar kehinaanmu tersembunyi padahal kamu tak meminta ampunan kepada Alloh. Kamu meminta ampunan-Nya hanya karena takut dicemooh orang dan takut bila kehilangan kemuliaanmu dihadapan orang, maka bagaimana kamu dapat dikatakan sebagai orang yang kembali kepada-Nya. Sementara dengan rusaknya hatimu, kamu cenderung kepada kemaksiatan. Kamu lebih suka melihat cela orang lain untuk menghinakannya.

Kamu yang cenderung kepada maksiat adalah orang munafik yang tak benar dalam kehendaknya. Kamu berhasrat untuk membenci apa yang Alloh benci semata karena pengakuan saja bukan karena kehendak hati, atau karena dengan melakukan usaha taat itu kamu akan memperoleh kemuliaan dari Alloh yang akan menjadikan kamu bangga dengan dirimu dan orang-orang kamu pandang seakan terkagum-kagum kepada dirimu. Kamu mabuk, kamu belum bangun dan keluar dari dosamu. Kamu menganggap dengan perilaku taat kamu sudah bertaubat, padahal hatimu dalam ketaatanmu mengharapkan perhatian mahluk-Nya bukan menghendaki kedekatan dengan-Nya.

Kamu ingin mendekati-Nya oleh karena kedekatan kepada-Nya akan membawa kebanggaan bagimu?. Kamu kira bila berhadapan dengan Yang Maha Agung , wujudmu akan tetap ada?. Kamu terpedaya, disangkanya kamu telah dekat padahal kamu masih jauh. Disangkanya kamu sudah mulia padahal kamu hina.

Orang yang dekat adalah orang yang mendekatkan dirinya dengan amalan taat, hatinya mengharap keikhlasan kepada Alloh, dan tiada ia menghargai dirinya barang sekecil debu sekalipun. Ia memuja Alloh dan tak memuja yang lainnya. Kamu ingin menuju keikhlasan dengan mata yang selalu melirik kepada orang dengan harapan mereka memujimu dan membutuhkanmu?. Kamu tertutup dari pintu keikhlasan. Kamu menyebut-nyebut-Nya, padahal hatimu menyebut-nyebut apa yang disukai syetan. Kamu setan, sebab kamu memiliki tabiatnya. Kamu tahu bahwa taat adalah kewajibanmu, tapi kamu menyimpangkan taat oleh sebab kecintaanmu pada selain-Nya.

Kamu syetan, dan jikalau kamu tak mau dikatakan seperti itu ... keluarlah dari perilakunya. Masukilah perilaku Ilahiyah. Kamu itu mahluk mulia, namun kamu memilih berperilaku secara hina. Maka kamu termasuk orang yang sudah gila sebab kamu memiliki hati yang tak mampu melapangkan jalan bagi dirimu kepada kemuliaan. Mana tetesan air matamu, dan mana keperdulian kepada taubatmu?. Kamu lebih suka merendahkan orang lain dan kamu lebih suka dipuja oleh orang lain. Kamu Fir’aun yang suka disembah oleh orang lain. Kamu kira dengan mengharapnya kamu akan kesenanganmu kepada mahluk-Nya adalah bukan perilaku Fir’aun. Kamu buta kepada Alloh, maka bagaimana kamu dikatakan melihat kepada dirmu sendiri.

Kecenderunganmu kepada kehinaan menandakan lemahnya pengabdianmu kepada Alloh. Padahal sebentar lagi kamu akan mati, tapi kamu berlagak seolah tak akan mati. Silahkan pilih, mempercayai bahwa kamu akan mati atau kamu tak perduli pada kematian oleh sebab kecintaanmu pada kehinaan?. Jika kamu tak perduli maka pergilah kamu kepada kehinaanmu, kamu tak perlu diselamatkan, sebab dengan tak perdulinya kamu kepada kematian menandakan kamu dicampakkan oleh Alloh. Tak akan ada yang menanggung dosa selain dirinya sendiri. Kamu kira aku bicara kepada orang yang tak perduli pada masalah keakhiratan?. Apakah kamu termasuk orang yang percaya akan hari akhir?. Maka alangkah gilanya kamu jika tak ada kesadaran untuk bertaubat dari segala dosa demi untuk sebuah penyelamatan diri dari segala bencana dan fitnah yang akan menimpa tiap manusia di hari Yang Besar.

Kamu pandai mengungkapkan dosamu, tapi tak pandai untuk bertaubat kepada Tuhanmu. Lihatlah, bila kamu termasuk orang yang cenderung kepada Alloh, maka kamu termasuk orang yang baik. Tapi kalau kamu cenderung kepada selain-Nya dan kecenderunganmu itu bukan karena dan menurut aturan-Nya, maka kamu “Gila”. kamu hanya sampai pada penyaksiaan kepada apa yang ku katakan, tapi tak sampai kepada apa yang kumaksud.

Kematian akan datang menyambarmu, dan jiwamu menuntut pensucian. Bagaimana kalau Alloh putuskan hidupmu disaat kamu jauh dari-Nya, bergelimbang dosa, dan bergelut dengan kemunafikan dalam menyembah-Nya?. Hanya orang yang sholeh saja yang akan ringan sakaratul mautnya. Kamu yang sama sekali tak pernah memperdulikan masalah siksa kubur dan azab neraka menghendaki kemudahan dalam sakaratul maut?.

Tiap insan mati sesuai dengan apa yang dicintainya. Kalau ia tak sanggup keluar dari kehinaan disisi Tuhannya selama di dunia, maka saat akan mati di klimakskanlah kehinaannya dengan gelora siksa sakaratul maut yang pedih. Dan siapapun yang masih tersimpan dalam hatinya kecenderungan yang bertentangan dengan perilaku sholeh, maka ia tak akan lepas dari siksa Alloh. Tahukah kamu apa itu siksa Alloh ?. Yaitu penderitaan yang menyebabkan hilangnya sebagian besar kebahagiaan dan kemuliaanmu.

Kamu mengharap mati dalam keadaan tenang, namun kamu tak beroleh kedekatan kepada Alloh. Dan bagaimana akan dekat dengan-Nya, bila kamu senantiasa melakukan hal yang menjauhkan kamu dari pada-Nya. Saat sakaratul maut, maka hilanglah segala keinginanmu untuk beroleh perhatian dari mahluk oleh sebab kerasnya ujian saat itu. Dalam hal kematianmu kamu lebih mengutamakan anganmu tentang bagaimana orang-orang akan merasa berat karena ditinggalkanmu, sehingga selama ini kamu berusaha untuk mengikatkan hatimu dengan metreka. Kamu lupa bahwa kamu akan bercerai, dan kamu hanya akan menemukan Allohlah teman yang tak pernah bercerai. Kamu kira merasa beratnya saudaramu berpisah denganmu akan menghilangkan rasa was-was yang menerpamu (oleh sebab kamu merasakan akan datangnya kejadian yang luar biasa di depan sana). Bukankah dengan beroleh kedekatan dengan Alloh itu lebih selamat dari pada beroleh kedekatan dengan mahluk saja. Karena Alloh mampu menyelamatkan hambanya yang qorib, dan untuk alasan apa Alloh menyiksa hamba yang telah dekat dengan-Nya tanpa dosa yang tak dimaafkan oleh Alloh Tiada ia dekat kepada-Nya melainkan berkat pertolongan Alloh pada dirinya sehingga ia mampu mendekatkan dirinya dengan amalan sholeh.

Tak ada yang membuat tenangnya ruh setelah kematiannya selain kedekatan kepada-Nya dan kesholehannya. Maka kamu yang mati dengan hina tak akan tenang dari ancaman siksa kubur. Ingatlah, kalau sekiranya kita tahu apa yang diketahui Rasul, pastilah kita akan merasa belum menjadi hamba yg baik.

Tidak ada komentar: