04 Mei 2008

Ini Adalah Lagu Kebenaran

Suatu ketika, seorang hamba Alloh tengah berada di dekat jembatan kecil di bawah rimbunnya pohon besar yang berdiri tegar di pinggiran jembatan kecil tersebut. Kemudian ia memandang ke arah seberang jembatan, sebuah sungai terbentang. Di bawah rindangnya pohon ia menikmati keindahan alam yang ia rasakan. Ia kemudian berkata, “Inilah nyanyian kebenaran.”

Berkata diriku kepadanya, “Wahai saudaraku, kenapa engkau katakan bahwa keindahan alam yang kau saksikan adalah lagu kebenaran ?.”

Berkatalah ia kepadaku, “Fahamliah olehmu, bahwa mereka itu tidak pernah berdusta tentang Alloh. Mereka tidak pernah kufur kepada Alloh. Mereka tidak pernah menyanggah ketuhanan Alloh. Jika engkau tanya kepada mereka tentang Alloh, maka mereka akan mengungkapkan rahasia mereka kepadamu dengan jujur. Mereka tak menyimpan suatu kepentingan kepada dirimu. Mereka mengatakan apa adanya tanpa menyimpan rasa keberatan sama sekali.”

“Wahai saudaraku, bagaimana mereka bisa mengatakan tentang Tuhan?.” tanya ku kepadanya.

“Ketahuilah, bahwa ia hanya akan bicara kepada mereka yang mendambakan Tuhannya dan tenggelam dalam kenikmatan mengingat dan mengagungkan-Nya.” Jawabnya.

“Wahai saudaraku, kemukakanlah kepadaku, apa yang kau dengar dari mereka tentang Alloh ?.” pintaku kepadanya.

Iapun berkata, “Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa Alloh telah menciptakan alam ini semata untuk jadi penolong dan jua jadi ujian buat manusia. Sekali waktu, kita akan melihat alam berbentuk seorang penolong yang memberikan dirinya untuk kepentingan ibadah kita kepada Alloh. Dan suatu ketika ia datang dalam rupa perompak, yang menyeret kesadaran beribadah kita kepada Alloh. Itulah dirinya wahai saudaraku. Mereka tak durhaka tatkala mereka jadi penguji kita. Mereka tetap mensucikan Alloh sekalipun mereka menghalangi kita dari mengingat Alloh.”

“Bila kita berkata kepadanya : wahai alam, kenapa engkau menjadi penghalangku saat aku berupaya mengingat Alloh ?. Maka ia akan menjawab : wahai manusia, kerjakanlah amal yang terbaik di sisi Alloh dan jangan kau inginkan aku begini dan begitu sementara kamu tak melakukan apapun untuk merubah diriku. Jangan engkau menolak kehadiranku kecuali karena engkau menolak apa yang Alloh benci. Jika engkau menolakku karena engkau tak suka aku menghampirimu, sesungguhnya engkau tidak memahami urusan hidupmu.” Lanjutnya.

Selanjutnya ia berkata, “Kemudian alam menjadi layar bagi diri kita untuk melihat rahasia yang tersimpan di dalam hati kita. Ia tunjuki lentera iman yang menyala di lubuk hati kita, lalu ia bertanya : Tahukah kamu apa yang akan ditanggung oleh mereka yang telah mengaku punya api di dalam lenteranya ?. Ketahuilah bahwa jangan kamu terpedaya dengan prasangkamu bahwa kamu dicintai oleh Alloh sementara kamu belum menunjukkan apa yang kamu sangkakan kepada Alloh dengan seluruh jiwa ragamu. Kamu boleh menghasrati Alloh, tetapi ingatlah bahwa untuk meraih cinta-Nya, maka kamu harus menunjukkan kesungguhanmu dalam mencintai-Nya. Dan kini aku datang kepada engkau menjadi penghalang buat engkau dari Alloh.”

“Kemudian kita akan bertanya : Kalau demikian engkau sama sekali tak merugikan aku. Karena kehadiranmu adalah jalan buat diriku untuk menunjukkan besar kesungguhanku dalam menghasrati-Nya. Dan tatkala ku lihat keindahanmu dan kerusakanmu bisa melalaikan manusia dari Alloh, maka aku tak pernah tertarik lagi dengan keindahan atau kerusakanmu. Aku akan tertarik kepada perjuanganku untuk menyikapi keadaanmu dengan jalan yang telah Alloh ajarkan melalui Nabi-Nya, agar aku bisa menghadapimu dan mengupas hikmah yang berpahala rahmat-Nya. “

“Alam itu kemudian berkata : Cobalah fikirkanlah tentang aku dan Tuhan kita. Maka kitapun memikirkannya hingga kita sampai pada satu kesadaran yang sangat membahagiakan kita. Sehingga seketika kita berteriak : Ya Alloh, itu adalah Engkau !. “

Aku berkata, “Subhanalloh, bukankah terasa kesirnaan alam dari pandangan kita dan kemudian kita rasakan kehadiran Alloh di hati kita. ?”

Ia berkata, “Benar wahai saudaraku, tatkala kita menyadari bahwa Allohlah yang telah menyuruh alam untuk menguji kita, kita kemudian merasakan kehadiran Alloh dengan kesadaran tersebut. Alam telah mengingatkan kita kepada Alloh. Alam telah memberitahukan kepada kita bahwa ia merupakan perbuatan-Nya. Alam membukakan kesadaran kita bahwa Alloh tengah menguji kita dengan menggunakan dirinya. Alloh memberi kita kenikmatan dan ujian dengan alam ini. Dan kita merasakan kehadiran-Nya dengan nampaknya perbuatan Alloh dalam pandangan kita.“

Aku berkata, “Inilah bukti bahwa alam selalu mensucikan-Nya dan tak pernah mendustakan-Nya.”

Ia berkata, “Tak ada yang terwujud dari perbuatan-Nya selain menunjukkan kesucian diri-Nya. Setiap orang yang sampai kepada-Nya akan melihat bahwa perbuatan-Nya membawa kita untuk mengenal Alloh yang suci dari keserupaan dengan mahluk-Nya. Jika engkau mengatakan Alloh itu seperti ini dan seperti itu, maka ketahuilah bahwa perbuatan-Nya boleh dijadikan Alloh menyangka Alloh seperti ini atau itu, tetapi Sang Pemilik Perbuatan, tidak pernah berubah, tetap sebagaimana diri-Nya.”

Kemudian alam berkata kepada kami, “Dengarlah, suatu ketika Alloh membuat mahluk-Nya berkata : Alloh seperti ini dan seperti itu. Dan Alloh itu tidak seperti apapun selain diri-Nya. Maka tersesatlah siapa yang dikehendaki-Nya dan diberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Penyimpangan dan kelurusan mahluk-Nya tidak akan merubah Alloh.”

Akupun terhentak. Kulihat orang tersebut, maka ia tersenyum kepadaku, menguatkan kesadaranku bahwa ia mendengar apa yang ku dengar. Aku bertanya kepadanya, “Saudaraku, bagaimana kita mendengar sesuatu yang sama.”

Ia menjawab, “Wahai saudaraku, tidak selamanya yang terputar dalam hati kita adalah hayalan. Tak selamanya kita melihat dari hati kita apa-apa yang kita punyai saja. Sesungguhnya alam itu luas. Dan sebagaimana engkau melihat aku, maka engkaupun bisa melihat apa yang aku lihat, di alam lahir maupun alam bathin. Jadi, sebenarnya antara engkau dan aku tak pernah tertutupi. Aku mengetahui apa yang kau rasakan dan engkaupun demikian adanya, selama kita se hati, dan hati kita tidak punya penghalang untuk melihat ke sana.”

Aku berkata, “Demi Alloh, kini aku bisa mendengar sendiri orang yang ingin aku dengar suaranya, yakni alam. Dan engkau telah menghantarkan aku untuk mendengarkan suara kebenaran.”

Ia berkata, “Wahai hamba Alloh, tahukah engkau bahwa suara kebenaran itu ada di mana-mana ?.”

Aku jawab, “Aku tak tahu, hanya aku yakin dengan sandaran apa yang ku dengar.”

Ia berkata, “Maka jelaslah bahwa engkau tak tahu apa-apa tentang kebenaran. Ketahuilah bahwa kebenaran itu adalah sesuatu yang berasal dari Alloh. Maka yang jelas-jelas berasal dari Alloh adalah Al-Qur’an dan sunnah Rasululloh. Tak ada yang jelas lebih dari keduanya. Oleh sebab itu, kita tak butuh alat pengenal selain keduanya. Dengan keduanya engkau bisa menentukan apakah suara alam itu dari Alloh atau bukan. Berapa banyak suara-suara alam yang kau dengar namun hanya yang sesuai dengan keduanya saja yang merupakan seruan Alloh. Selainnya hanyalah ujian dari Alloh. Seruan Allohlah yang harus engkau yakini dan jalani. Sementara selainnya harus kau hadapi dengan sekuat hati, agar engkau tak tersesat dan lepas dari keberuntungan.”

Aku berkata, “Tambahilah penjelasanmu.”

“Ku rasa cukuplah demikian dariku. Aku berkata kepadamu tanpa engkau minta, bukan karena aku ingin bicara denganmu. Maka akupun akan mengakhiri pertemuan ini tanpa engkau minta. Ingatlah bahwa setiap hasil usaha itu tergantung niat. Apa yang kau usahakan akan menentukan hasil usahamu. Berbaiklah dengan hatimu, dan jangan kau sia-siakan waktumu. Kelak kita akan bertemu, di tempat ini. Lalu engkau akan melihat aku berbeda dengan dulu. Dan kini engkau harus memikirkan banyak tentang perubahanmu. “ Katanya.

Ia menambahi lagi, “Sungguh kita beranjak menuju maut, maka jangan sia-siakan waktu. Jika engkau berharap bertemu dengan ku lebih dari harapanmu bertemu dengan Tuhan kita, maka aku tak bisa menolong orang yang tak beruntung dari kelemahannya tanpa pertolongan Alloh. Sungguh aku ingatkan kamu agar kamu tidak seperti air yang mengalir begitu saja mengikuti alur sungai. Kau adalah hamba Alloh yang harus menentukan ke arah mana langkah hidupmu. Jika kau pergi ke arah yang berlawanan dengan petunjuk yang Alloh berikan, maka engkau tidak akan selamat. Maka janganlah engkau ingin bertemu denganku karena engkau ingin bertemu denganku. Hasratilah Alloh, niscaya engkau akan bertemu dengan Ia. Aku tak lebih baik dari Ia. Maka seharusnya engkau menghasrati Ia. Dan jangan kau sekutukan Ia dengan aku. Takutlah engkau ditinggalkan-Nya. Karena penderitaanmu karena ditinggalkan-Nya lebih dari penderitaanmu karena ditinggal orang yang kamu sayangi di antara sesamamu.”

Kemudian setelah ia mengucapkan salam, iapun pergi menuju sungai. Aku tak bisa melihatnya lagi karena ia pergi ke dalam sungai. Kemudian aku berdiri di pinggiran sungai tersebut. Tiba-tiba ia menyapaku dari belakang.

“Bukankah aku tidak seperti yang kamu duga ?. Aku tidak pernah seperti apa yang kamu lihat. Maka janganlah engkau larut dalam imajinasimu. Keluarlah dan hiduplah secara benar. Pandangilah segalanya secara apa adanya. Dan jika engkau membutuhkan semangat untuk mendekati Alloh, maka ingat dan cintailah Ia. Hanya itulah jalan menuju kepada-Nya. Sesungguhnya, pengalaman rahasia itu tidak menambah kepada dirimu kecuali hanya menambah dekatnya dirimu kepada kemadharatan. Sebab engkau tidak mendapatkan rahasia dari sesuatu yang nyata. Kamu mendapatkannya dari imajinasi dan tekanan kerinduanmu saja. Dapatkanlah rahasia itu dari usaha nyatamu, niscaya ia memberimu kebaikan.” Katanya.

Aku bertanya, “Hendak kemana engkau akan pergi. Maka ajaklah aku kemana yang kau sukai. Dan ajari aku sesuatu yang bermanfaat.”

“Kau lemah dari mengikutiku dan tak boleh ikut denganku sebelum engkau menghadap Tuhan kita dengan baik. Fahamilah bahwa Ia cemburu jika engkau menduakan hati. Maka menghadaplah kepada-Nya dan ungkapkanlah dengan sejujurnya keinginanmu kepada-Nya. Sesungguhnya aku tak merasa betah dekat dengamu selama engkau tak menghasrati Alloh dan mengagungkan diri-Nya. Berusahalah agar engkau mengagungkan-Nya sehingga aku tak kau lihat karena agungnya kebesaran Alloh.” Katanya.

“Haruskan aku selalu ditinggal oleh orang yang mendekatkan aku kepada Alloh.” tanyaku kepada diri sendiri.

“Tidak harus seperti itu. Sesungguhnya, tiadalah yang dapat kita peroleh selain sesuai dengan kedudukan kita. Jika kau berdiri di atas bukit tinggi, maka kau akan lihat bukit lainnya. Maka jangan kau terlena dan merasa puas dengan keadaanmu. Masih banyak bukit yang harus kau daki. Selama engkau mengira bahwa kelemahan merupakan sesuatu yang wajar dan tak perlu engkau perangi, maka kau tak pernah akan mendapatkan pandangan yang luas kepada alam raya yang telah Ia bentangkan. Janganlah berhenti, dan kembalilah ke rumahmu lalu ambil peralatanmu.”

“Mulailah dengan mendaki pohon cintamu, lalu pangkaslah semua daun cinta yang tumbuh karena cintamu kepada apa yang Alloh benci. Jika pohonmu telah bersih, maka kau akan mendapatkan buah yang bersih pula. Dan janganlah kamu menjadi orang yang menganggap apa-apa yang tak bisa terjadi sebagai sesuatu yang tak pernah akan bisa terjadi. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa-apa yang tidak engkau ketahui.”

“Pergilah jika engkau ingin pergi. Dan nikmati apa yang engkau nikmati. Namun jelasnya semua telah engkau ketahui. Kau tak akan bisa mengambil sesuatu selain sesuai dengan kedudukanmu. Maka selamat tinggal dan bertemu dalam lain waktu. Jika kau menginginkan ku, sesungguhnya aku ada di lubuk hatimu. Maka jangan kau pikir aku meninggalkanmu. Karena aku akan selalu mengingatkanmu.”

Tidak ada komentar: